I. Kelahiran Sang Nabi
Pada saat yang sangat kritis ini muncullah sebuah bintang
pada malam yang gelap gulita, sinarnya semakin terang membuat malam menjadi
terang benderang, ia bukan bintang yang biasa, tapi bintang yang sangat luar
biasa, bahkan matahari di siang haripun malu menampakkan sinarnya karena
bintang ini adalah maha bintang yang terlahirkan ke muka bumi, ialah cahaya
dalam kegelapan, ia adalah cahaya di dalam dada, ia dikenal dengan Nama
Muhammad, menurut sejarawan bintang ini tepat terlahir tanggal 17 Rabi’ul Awwal
(12 Rabi’ul awwal menurut mazhab sunni) 570 M, bintang ini tak pernah padam
walaupun 14 abad setelah ketiadaannya, bahkan ia semakin terang dan semakin
terang, dari bintang ini terlahir 13 bintang yang lain, yang selalu menjadi
hujjah bagi bintang-bintang yang sulit bersinar lainnya di setiap zamannya. Ia
memiliki silsilah yang berhubungan langsung dengan jawara Tauhid melalui
anaknya Ismail AS, yang dilahirkan melalui rahim-rahim suci dan terpelihara
dari perbuatan-perbuatan mensekutukan Tuhan. Ia begitu suci sehingga Tuhan
memerintahkan kepada Para Malaikat dan Jin untuk bersujud kepada Adam, karena
cahayanya dibawa oleh Adam AS untuk disampaikan kepada maksud, ia adalah
rencana Tuhan yang teramat besar yang langit dan bumi pun tak kan sanggup
memikulnya.
Peristiwa kelahiran sang bintang dipenuhi dengan
kejadian-kejadian yang luarbiasa, dimulai dengan peristiwa padamnya api
“abadi†di kerajaan Persia, hancurnya
sesembahan batu di sana, dan penyerangan pasukan bergajah untuk menghancurkan
Ka’bah, yang di kemudian hari menjadi
kiblat baginya dan ummatnya sampai akhir zaman, namun tentara yang besar ini
dihancurkan oleh burung-burung yang dikirimkan oleh Sang Pemilik kiblat
(Ka’bah), karenanya tahun ini dinamakan tahun Gajah. Sudah menjadi tradisi kelahiran
manusia luar biasa harus juga didahului peristiwa yang luar biasa. Muhammad
namanya, ayahnya bernama Abdullah, Ibundanya Aminah, kedua orang tuanya berasal
dari silsilah yang mulia yang merupakan keturunan Jawara Tauhid (Ibrahim AS).
Abdullah lahir kedunia hanya untuk membawa nur Muhammad dan “meletakkannya†ke dalam rahim Aminah, Sang isteri saat itu mengandung (2
bulan) bayi yang kelak menjadi manusia besar. Setelah lama kepergian sang
suami, sang isteri merasakan kesepian yang amat dalam, walaupun suaminya selalu
berkirim surat. Namun pada saat lain surat tidak lagi ia terima, begitu riang
hatinya ternyata ia melihat rombongan dagang suaminya telah pulang, tapi Ia
amat terkejut karena tak dilihatnya suaminya, datanglah seseorang dari rombongan
tersebut yang menyampaikan berita kepada Aminah, mulutnya begitu berat untuk
mengucapkan kata – kata ini kepada wanita ini, ia tidak sanggup
mengutarakannya, namun akhirnya terucap juga bahwa sang suami telah berpulang
ke hadirat Allah Swt dan dimakamkan di abwa.
Begitu goncang hatinnya mendengarkan hal ini, tak sanggup
menahan tangisnya, ia menangis menahan sedih dan tak makan beberapa hari, namun
ia bermimpi, dalam mimpinya seorang wanita datang dan berkata kepadanya agar ia
menjaga bayi dalam janinnya dengan baik – baik. Ia berulang kali bermimpi
bertemu dengan wanita tersebut yang ternyata adalah Maryam binti Imran (Ibu Isa
as). Dalam mimpinya sang wanita mulia ini berkata : “Kelak bayi yang ada
didalam rahimmu akan menjadi manusia paling mulia sejagat raya, maka jagalah ia
baik baik hingga kelahirannya.
Saat ayahanda Muhammad yang mulia ini Wafat dalam usia 20
tahun (riwayat lain – 17 tahun), sang bintang kita ini sedang berada dalam
kandungan ibunya, beberapa tahun kemudian Bunda Sang bintang menyusul suaminya
dan dimakamkan di Abwa juga. Muhammad dibawa pulang oleh Ummu Aiman dan diasuh
oleh kakeknya, belum lagi hilang duka setelah ditinggal Sang Bunda, ia pun
harus kehilangan kakeknya ketika umurnya belum lagi menginjak delapan tahun. Setelah
kepergian sang kakek, sang bintang (Muhammad) diasuh oleh pamannya, Abu Tholib,
seorang putra Abdul Mutholib yang pertama menyatakan keimanannya kepada
kemenakannya sendiri (Muhammad). Pemandu ilahi selalu saja dipilihkan oleh
Ilahi untuk memiliki profesi sebagai seorang gembala, melalui profesi ini
beliau mengarungi beberapa waktu kehidupannya untuk menjadi “gembala†domba yang lebih besar, inilah pilihan Ilahi yang memilihkan
baginya sebuah jalan dimana hal ini penting bagi orang yang akan berjuang
melawan orang-orang hina yang berpikiran sampai menyembah aneka batu dan pohon,
ilahi menjadikannya kuat sehingga tidak menyerah kepada apapun kecuali
keputusan-Nya. Ada penulis sirah yang mengutip kalimat Nabi berikut ini, “
Semua Nabi pernah menjadi gembala sebelum beroleh jabatan kerasulan.†Orang bertanya kepada Nabi,â€
Apakah Anda juga pernah menjadi gembala?â€
Beliau menjawab,†Ya. Selama beberapa waktu saya
menggembalakan domba orang Mekah di daerah Qararit.â€
Sang bintang terlahir bukan dari kalangan orang yang teramat
kaya, belum lagi ia dilahirkan sebagai seorang yatim, dan telah kehilangan
Ayah, Ibu di masa kecil sebagai tempat bernaung, apa yang dapat dikatakan oleh
anak kecil yang telah kehilangan kedua orang tuanya sedangkan dia sendiri masih
membutuhkan naungan kedua orang tua dan kasih sayang mereka. Mari kita masuk ke
jazirah Arabia lebih jauh lagi, kita dapat melihat bahwa kondisi keuangan
Muhammad terbilang cukup sulit. Muhammad terkenal dengan kemuliaan rohaninya,
keluhuran budi, keunggulan ahklaq dan dirinya dikenal di masyarakat sebagai
“orang jujur†(al-Amin), ia menjadi salah
seorang kafilah dagang Khodijah yang terpercaya dan Khodijah memberikan dua
kali lipat dibandingkan yang diberikannya kepada orang lain. Kafilah Quraisy,
termasuk barang dagangan Khodijah, siap bertolak, kafilah tiba di tempat
tujuan. Seluruh anggotanya mengeruk laba. Namun, laba yang diperoleh Nabi lebih
banyak ketimbang lain. Kafilah kembali ke Makkah. Dalam perjalanan, Sang
bintang melewati negeri ‘Ad dan Tsamud. Keheningan kematian yang menimpa kaum
pembangkang itu mengundang perhatian sang bintang.
Kafilah mendekati Mekah, Maisarah, berkata kepada sang
Bintang, “Alangkah baiknya jika Anda memasuki Mekah mendahului kami dan
mengabarkan kepada Khodijah tentang perdagangan dan keuntungan besar yang kita
dapatkan.†Nabi tiba di Mekah ketika
Khodijah sedang duduk di kamar atasnya. Ia berlari turun dan mengajak Nabi ke
ruangannya. Nabi menyampaikan, dengan menyenangkan, hal-hal menyangkut barang
dagangan. Maisarah menceritakan tentang Kebesaran jiwa Al-Amin selama
perjalanan dan perdagangan. Maisarah menceritakan “Di Busra, Al-Amin duduk di
bawah pohon untuk istirahat. Seorang pendeta, yang sedang duduk di biaranya,
kebetulan melihatnya. Ia datang seraya menanyakan namanya kepada saya, kemudian
ia berkata, ‘Orang yang duduk di bawah naungan pohon itu adalah nabi, yang
tentangnya telah saya baca banyak kabar gembira di dalam Taurat dan Injil.
Kemudian Khodijah menceritakan apa yang didengarnya dari
Maisarah kepada Waraqah bin Naufal, si hanif dari Arabia. Waraqah mengatakan,
“Orang yang memiliki sifat-sifat itu adalah nabi berbangsa Arab.
0 comments:
Post a Comment